Jakarta – Fenomena yang sedang ramai di perbincangkan di media sosial belakangan ini adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). ADHD sendiri diartikan sebagai kondisi yang memengaruhi perilaku seseorang. Dikutipdari National Health Service UK (NHS), orang dengan ADHD biasanya mengalami gejala gelisah, kesulitan berkonsentrasi, hingga bertindak berdasarkan dorongan hati.
Imbas gejala-gejala yang mengindikasikan kondisi ADHD, banyak pengguna medsos, terutama di TikTok, menyebut diri mereka mengidap ADHD melalui self diagnosis.
Seperti misalnya salah satu pengguna TikTok, Humz (24) di Manchester, membagikan konten-konten yang berhubungan dengan ADHD. Hal ini dilakukannya untuk mendidik orang tentang ADHD lantaran kondisi tersebut biasanya tak terdiagnosis, terutama pada perempuan.
“Ada begitu banyak anak yang mengalami. Saya harus berbicara dan saya senang melakukannya karena banyak orang dalam komentar saya mulai mempertanyakan apakah mereka memilikinya,” ucapnya dikutip dari BBC.
Ia juga membagikan saran perawatan diri tanpa bantuan medis yang menurutnya berhasil untuknya, seperti meditasi, visualisasi, dan terapi air dingin. Padahal, beberapa perawatan yang dibicarakan tidak memiliki banyak penelitian ilmiah untuk mendukungnya.
Imbas hal itu, Humz mengaku mendapatkan reaksi pro-kontra dari netizen. Orang-orang menuduhnya menyebarkan informasi yang salah, namun ada juga yang percaya dengan ucapan Humz hingga mendiagnosis diri mereka sendiri.
“Namun, saya tidak melihat ada yang salah dengan seseorang yang mempelajari gejala tentang ADHD dari TikTok saya,” ucapnya lagi.
Padahal, untuk perawatan dan mendiagnosis ADHD membutuhkan seorang spesialis yang menilai berdasarkan daftar gejala dan lamanya seseorang mengalaminya. Sebab, memiliki satu atau dua sifat tidak selalu berarti seseorang mengidap ADHD.
Konsultan psikiater yang berpraktik di London, drSaadia Arshad mengatakan self diagnosis sangat membahayakan kesehatan seseorang apabila salah dalam mengambil metode pengobatan dan mengonsumsi obat yang salah.
Selain membahayakan kesehatan, self diagnosis juga dapat mempengaruhi kesehatan mental yang menyebabkan kecemasan berlebihan.
“Ketika seseorang meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka menderita ADHD tanpa mencari bantuan profesional, itu bisa berbahaya,” katanya.
Menurut dr. Arshad, media sosial memang bagus untuk menyebarkan informasi penting demi meningkatkan kesadaraan terkait penyakit tersebut. Namun untuk memeriksakan apakah diri kita mengalami ADHD atau tidak, sebaiknya mencari bantuan profesional.
“Jika Anda berpikir Anda menderita ADHD, Anda harus berbicara dengan dokter umum Anda, dan merupakan ide bagus untuk mencatat gejala dan perasaan Anda,” katanya.
“Sangat berbahaya untuk mengabaikan gejala Anda dan salah mendiagnosis diri sendiri karena Anda bisa kehilangan bantuan yang tepat,” imbuhnya lagi.
SuciRisantiRahmadania